Adopsi teknologi digital memberikan dampak signifikan bagi pengelolaan pariwisata. Hasil yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) menjelaskan, pengelolaan pariwisata perlu mengoptimalkan peran teknologi. Namun demikian, masih banyak pengelola pariwisata belum menerapkan teknologi, termasuk mengelola konten publikasi yang dihadirkan. Pengetahuan yang terbatas, minimnya kompetensi SDM, hingga kondisi keuangan menjadi kendala yang muncul. Disisi lain, pengelola pariwisata yang telah menerapkan teknologi juga menghadapi permasalahan. kreativitas konten publikasi hingga kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan menjadi masalah tambahan. Kondisi tersebut menjadi masalah yang diangkat dan diajukan dalam proposal penelitian dan berhasil meraih hibah pendanaan dari KEMENDIKBUTRISTEK.
Sebagai potensi baru pariwisata, kehadiran desa wisata semakin menunjukan eksistensinya. Kondisi tersebut terlihat dari meningkatnya jumlah desa wisata serta dampak yang dihadirkan. Keberhasilan pengelolaan desa wisata mampu mengembangkan potensi wilayah dan peningkatan nilai ekonomi masyarakat. Situasi lain menegaskan jika desa wisata mampu berkontribusi dalam menyerap tenaga kerja lokal. Melihat kondisi tersebut, sangat beralasan jika sektor pariwisata perlu mendapat perhatian dan dikelola secara serius. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah melalui pemanfaatan teknologi digital. Beberapa dampak pemanfaatan teknologi bagi pengelolaan desa wisata diantaranya: penyebaran informasi yang luas, efisiensi biaya, mempermudah aktivitas pemasaran serta peningkatan kunjungan melalui kegiatan promosi.
Tim peneliti STIPRAM yang terdiri dari Apit Buchori, SE., MM, Rosalina Nur Annisa, SE., MBA, Sumiyar Mahanani, ST., MM dan Agung Sulistyo, SE., MM., CHE serta beberapa mahasiswa mencoba menginvestigasi penggunaan konten publikasi pada desa wisata berprestasi. Sejumlah desa wisata berprestasi di DIY dan Jateng menjadi objek penelitian. Desa wisata tersebut antara lain:Â desa wisata Tinalah (Kulon Progo), desa wisata Nglanggeran (Gunung Kidul) desa wisata Candirejo (Magelang), desa wisata Bugisan (Prambanan), dan desa wisata Ponggok (Klaten). Hasil penelitian menunjukan jika desa wisata tersebut melakukan beberapa upaya antara lain: konsistensi publikasi konten, kreativitas tema konten, pilihan portal digital yang tepat serta kerjasama tim internal. Hasil tersebut diharapkan mampu menjadi role model bagi pengelolaan desa wisata lain dalam menciptakan keberlanjutan serta memiliki daya saing yang baik.